1.     
Pengertian
Metode Role Playing
Metode adalah cara
kerja yang bersusun untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Metode lebih bersifat prosedural dan sistematik
karena tujuannya untuk mempermudah pengajaran suatu pekerjaan.[1] Metode
pembelajaran adalah prosedur, langkah,-langkah atau urutan yang digunakan oleh
para guru yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Didalam bidang
pelajaran metode adalah rencana penyajian bahan secara menyeluruh dengan urutan
yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Metode meliputi pemilihan
bahan, penentuan urutan bahan, rancangan evaluasi dan remedial.
Interaksi dalam
pengajaran ada beberapa macam bentuk, maka dari itu guru harus menentukan
metode yang mana yang cocok dan paling optimal untuk digunakan.
Metode role playing
atau bermain peran merupakan salah satu proses belajar mengajar yang tergolong
dalam metode simulasi. Menurut Dawson (1962), Mengemukakan bahwa simulasi
merupakan istilah umum yang berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan
suatu model yang mengaplikasikan proses-proses prilaku. Sedangkan menurut Ali
(1996), metode simulasi adalah suatu cara pengajaran dengan melakukan proses
tingkah laku secara tiruan.
Dengan demikian dapat
diikatakan bahwa metode role playing merupakan salah satu metodr prmbelajaran
yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah yang berkaitan dengan hubungan
antar manusia, terutama yang menyangkut keluarga, sekilah, dan masyarakat yang
ada disekitar peserta didik.[2]
Metode role playing ini
termasuk kedalam metode pembelajaran kooperatif. Metode kooperatif adalah
belajar kelompok. Kelompok disini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.[3]
Dengan adanya metode
ini siswa dapat memperoleh pengalan belajar meliputi kemampuan kerja sama,
menginterprestasikan suatu kejadian, dan komunikatif.
2.     
Asumsi
Metode Role Playing
Menurut Mulyasa,
terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran role playing untuk mengembangkan
prilaku dan nilai sosial, keempat asumsi tersbut ialah:
a.       Secara
emplisit bermain peran mendukung situasi blajar berdasarkan pengalaman dengan
menitikberatkan isi pelajaran pada situasi.
b.      Bermain
peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang
tidsk dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain.
c.       Metode
bermain peran dapat berasumsi bahwa emosi dan ide dapat diangkat ketaraf sadar
sehingga kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok.
d.      Metode
ini berasumsi bahwa proses psikologi yang tersembunyi berupa sikap, nilai,
perasaan dan keyakinan dapat diangkat ketaraf sadar melalui kombinasi pemeranan
secara spontan.[4]
3.     
Tahapan
Metode Role Playing
Langkah-langkah  Strategi Bermain Peran, Menurut shaftel dan
shaftel (1967), sebagaimana dikutip oleh E.Mulyasa (2003) mengemukakan sembilan
tahap bermain peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran yaitu :
a.       Menghangatkan
suasana dan memotivasi peserta didik.
b.      Memilih
partisipan atau peran.
c.       Menyusun
tahap-tahap peran.
d.      Menyiapkan
pengamat
e.       Pemeranan
f.       Diskusi
dan evaluasi
g.      Pemeranan
ulang
h.      Diskusi
dan evaluasi tahap dua
i.       
Membagi pengalaman dan mengambil
kesimpulan.[5]
Contoh
dari tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran bahasa indonesia dengan
menggunakan metode role playing ini antara lain:
a.       Kelompokkan
peserta didik kedalam sub-sub kelompok terdiri dari 5-6 orang. Dan berilah
lembar kertas dan alat tulis dalam setiap kelompok.
b.      Perintahkan
setiap kelompok untuk mengidentifikasi ceritta yang akan mereka diskusikan,
misalnya cerita rakyat malin kundang.
c.       Setelah
mereka selesai mengidentifikasi cerita tersebut, mintalah setiap kelompok untuk
mencmerankan cerita dalam cerita tersebut sesuai dengan cerita yang dierikan.
d.      Setelah
selesai memerankan peran dalam cerita tersebut setiap kelompok diminta untuk
menuliskan tokoh siapa saja yang terkandung dalam cerita tersebut,
karakter-karakter dalam cerita itu, dan makna yang terkandung dalam cerita
tersebut.[6]
4.     
Kelebihan
Dan Kekurangan Metode Role Playing
Dalam
proses pembelajarannya metode role playing memiiliki
kelemahan
keunggualan antara lain:
Keunggulan
:        
a.       Metode Role Playing melibatkan
seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya
dalam bekerja sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan
benar.
b.      Siswa bebas mengambil keputusan dan
berekspresi secara utuh.
c.       Permainan
merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang
berbeda.
d.      Guru
dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan
permainan.
e.       Dapat
berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
f.       Sangat
menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh
antusias.
g.      Membangkitkan
gairah dan semangat optimism dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
h.      Dapat
menghayati peristiwa yang berlansung dengan mudah, dan dapat memetik
butir-bitur hikmah yang terkandung didalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
i.       
Siswa memperoleh kebiasaan untuk
menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya[7]
Kekurangan
:
a.    Metode bermain peranan memerlukan
waktu yang relative panjang atau banyak.
b.    Memerlukan kreativitas dan daya
kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru
memilikinya.
c.    Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai
pemeran merasa malu untuk memerankan suatu adegan tertentu.
d.   Apabila pelaksanaan sosiodrama dan
bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat member keras kurang baik,
tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
e.    Tidak semua materi pelajaran dapat
disajikan melalui metode ini.[8]
[2] Mulyono, Strategi Pembelajaran, h 44-45
[3] Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), cet 2, h 61
[4] Mulyono, Strategi Pembelajaran,  h
46-47
[5] Mulyono, Strategi Pembelajaran, Cet 1, h 44-48
[6] Komarusin Hidayat, Active Learning, (Yogyakarta: Yappendis,
2001), h 195-196
[7] Syaiful D Jamarah, Strategi Belajar Mengajar, h 89-90
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar