Minggu, 08 Oktober 2017

METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN)



  
1.      Pengertian Metode Role Playing
Metode adalah cara kerja yang bersusun untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode lebih bersifat prosedural dan sistematik karena tujuannya untuk mempermudah pengajaran suatu pekerjaan.[1] Metode pembelajaran adalah prosedur, langkah,-langkah atau urutan yang digunakan oleh para guru yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Didalam bidang pelajaran metode adalah rencana penyajian bahan secara menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Metode meliputi pemilihan bahan, penentuan urutan bahan, rancangan evaluasi dan remedial.
Interaksi dalam pengajaran ada beberapa macam bentuk, maka dari itu guru harus menentukan metode yang mana yang cocok dan paling optimal untuk digunakan.
Metode role playing atau bermain peran merupakan salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Menurut Dawson (1962), Mengemukakan bahwa simulasi merupakan istilah umum yang berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang mengaplikasikan proses-proses prilaku. Sedangkan menurut Ali (1996), metode simulasi adalah suatu cara pengajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan.
Dengan demikian dapat diikatakan bahwa metode role playing merupakan salah satu metodr prmbelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah yang berkaitan dengan hubungan antar manusia, terutama yang menyangkut keluarga, sekilah, dan masyarakat yang ada disekitar peserta didik.[2]
Metode role playing ini termasuk kedalam metode pembelajaran kooperatif. Metode kooperatif adalah belajar kelompok. Kelompok disini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.[3]
Dengan adanya metode ini siswa dapat memperoleh pengalan belajar meliputi kemampuan kerja sama, menginterprestasikan suatu kejadian, dan komunikatif.

2.      Asumsi Metode Role Playing
Menurut Mulyasa, terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran role playing untuk mengembangkan prilaku dan nilai sosial, keempat asumsi tersbut ialah:
a.       Secara emplisit bermain peran mendukung situasi blajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi.
b.      Bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidsk dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain.
c.       Metode bermain peran dapat berasumsi bahwa emosi dan ide dapat diangkat ketaraf sadar sehingga kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok.
d.      Metode ini berasumsi bahwa proses psikologi yang tersembunyi berupa sikap, nilai, perasaan dan keyakinan dapat diangkat ketaraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan.[4]
3.      Tahapan Metode Role Playing
Langkah-langkah  Strategi Bermain Peran, Menurut shaftel dan shaftel (1967), sebagaimana dikutip oleh E.Mulyasa (2003) mengemukakan sembilan tahap bermain peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran yaitu :
a.       Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik.
b.      Memilih partisipan atau peran.
c.       Menyusun tahap-tahap peran.
d.      Menyiapkan pengamat
e.       Pemeranan
f.       Diskusi dan evaluasi
g.      Pemeranan ulang
h.      Diskusi dan evaluasi tahap dua
i.        Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan.[5]
Contoh dari tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan metode role playing ini antara lain:
a.       Kelompokkan peserta didik kedalam sub-sub kelompok terdiri dari 5-6 orang. Dan berilah lembar kertas dan alat tulis dalam setiap kelompok.
b.      Perintahkan setiap kelompok untuk mengidentifikasi ceritta yang akan mereka diskusikan, misalnya cerita rakyat malin kundang.
c.       Setelah mereka selesai mengidentifikasi cerita tersebut, mintalah setiap kelompok untuk mencmerankan cerita dalam cerita tersebut sesuai dengan cerita yang dierikan.
d.      Setelah selesai memerankan peran dalam cerita tersebut setiap kelompok diminta untuk menuliskan tokoh siapa saja yang terkandung dalam cerita tersebut, karakter-karakter dalam cerita itu, dan makna yang terkandung dalam cerita tersebut.[6]

4.      Kelebihan Dan Kekurangan Metode Role Playing
Dalam proses pembelajarannya metode role playing memiiliki
kelemahan keunggualan antara lain:
Keunggulan :       
a.       Metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
b.      Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
c.       Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
d.      Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
e.       Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
f.       Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.
g.      Membangkitkan gairah dan semangat optimism dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
h.      Dapat menghayati peristiwa yang berlansung dengan mudah, dan dapat memetik butir-bitur hikmah yang terkandung didalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
i.        Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya[7]

Kekurangan :
a.    Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relative panjang atau banyak.
b.    Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
c.    Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerankan suatu adegan tertentu.
d.   Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat member keras kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
e.    Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.[8]



Iskandarwassid, Setrategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), cet  4, hal 56
[2] Mulyono, Strategi Pembelajaran, h 44-45
[3] Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet 2, h 61
[4] Mulyono, Strategi Pembelajaran,  h 46-47
[5] Mulyono, Strategi Pembelajaran, Cet 1, h 44-48
[6] Komarusin Hidayat, Active Learning, (Yogyakarta: Yappendis, 2001), h 195-196
[7] Syaiful D Jamarah, Strategi Belajar Mengajar, h 89-90
[8] Mulyono, Strategi Pembelajaran, h.71-75

Tidak ada komentar:

Posting Komentar